Soal : Di sekolah kami selalu ada tradisi berdiri mengucapkan salam ketika
bapak/ibu guru memasuki kelas. Apakah hal ini ter-masuk syi’ar agama Islam?
karena jika kami tidak melakukannya akan dikatakan tidak beradab dan tidak
hormat pada guru ! (082141196xxx Jember)
Jawab :
Seringkali kita menjumpai
dalam masyarakat kita berbagai ma-cam bentuk penghormatan kepada orang lain,
apakah itu orang tua, guru, pemimpin, atau bahkan teman sebaya kita. Setiap
daerah pasti memiliki adat tersendiri dalam menampilkan bentuk penghormatan ini.
Ada yang dengan cara membungkukkan badan, adapula yang me-nganggukkan kepala,
ada yang berdiri, dll.
Lalu bagaimanakah
pandangan syari’at mengenai hal ini ? Sung-guh syari’at ini tampil teramat
sempurna, sampai-sampai masalah penghormatan pun telah diaturnya secara
terperinci. Dalam masalah ‘berdiri’ jika dipandang dari kacamata syari’at maka
akan terbagi menjadi dua, yaitu berdiri yang dilarang dan yang diperbolehkan.
Berdiri yang Dilarang
Rasulullah salallahu alaihi wa sallam telah bersabda : “Barangsiapa suka dihormati manu-sia dengan
berdiri, maka hendaknya ia mendiami tempat duduknya di Neraka.” [HR. Ahmad, hadits shahih]. Begitu pula
shahabat Anas bin Malik
salallahu alaihi wa sallam berkata : “Tak seorang pun yang lebih dicintai para shahabat
dari-pada Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam. Tetapi, bila mereka
melihat Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam (hadir), pa-ra shahabat tidak berdiri untuk
(menghormat) Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam. Sebab mere-ka mengetahui
bahwa Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam membenci hal tersebut.” [HR. at-Tirmi-dzi,
hadits shahih].
Hadits di atas mengandung
pengertian, bahwa seorang muslim yang suka dihormati dengan berdiri ketika ia
masuk suatu majlis, maka ia menghadapi ancaman masuk neraka. Sebab para shahabat yang sangat mencintai
Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam saja, bila mereka melihat
Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam masuk ke dalam suatu
majlis, mereka tidak berdiri untuk beliau. Karena mereka mengetahui Rasulullah salallahu alaihi wa sallam tidak suka yang demikian.
Lalu, bagaimana bisa kita
berdiri untuk menghormati seorang guru atau syaikh? Sedangkan Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam orang yang paling mulia di
muka bumi ini saja tidak suka dihormati de-ngan berdiri?
Banyak orang mengatakan,
kami berdiri pada bapak guru atau syaikh hanya sekedar menghormati ilmunya.
Kita bertanya, apakah kalian meragukan keilmuan Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam dan adab para shahabat
kepada beliau? Meskipun demikian para shahabat tetap tidak berdiri untuk
beliau
salallahu alaihi wa sallam.
Islam tidak mengajarkan
penghormatan dengan berdiri. Tetapi dengan ketaatan dan mematuhi perintah,
menyampaikan salam dan saling berjabat tangan. Membiasakan berdiri untuk
menghormati orang alim atau orang yang masuk suatu majlis, akan melahirkan
dihati ke-duanya kesenangan untuk dihormati dengan ca-ra berdiri. Bahkan jika
seseorang tidak berdiri, ia akan merasa gelisah.
Sering juga kita jumpai
dalam suatu perte-muan, jika orang kaya masuk, semua berdiri menghormati.
Tetapi giliran orang miskin yang masuk, tak seorangpun berdiri menghormat.
Perlakuan tersebut hanyalah akan menumbuh-kan sifat dengki di hati orang miskin
terhadap orang kaya dan para hadirin yang lain. Akhir-nya antar umat Islam
saling membenci. Padahal orang miskin yang tidak dihormati dengan ber-diri itu,
bisa jadi dalam pandangan Allah lebih mulia dari pada orang kaya yang dihormati
dengan berdiri. Sebab Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling ber-taqwa di antara kamu.” [Al Hujurat : 13].
Maka, berhati-hatilah
dalam urusan ini..! Karena diamnya syaikh dan bapak guru terha-dap penghormatan
dengan berdiri itu atau hu-kuman terhadap anak yang tidak mau berdiri, ini
menunjukkan syaikh dan bapak guru senang dihormati dengan berdiri. Dan itu
berarti (sesuai dengan nash hadits di atas) mereka menghada-pi ancaman masuk neraka.
Berdiri yang Dianjurkan
Banyak hadits shahih, dan
perilaku shaha-bat yang menunjukkan dibolehkannya berdiri untuk menyambut orang
yang datang. Di antara hadits-hadits tersebut adalah:
1). Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam berdiri menyambut puterinya Fathimah, jika ia
datang menghadap beliau. Sebaliknya, Fathimah juga berdiri menyam-but
ayahandanya jika beliau datang. Ber-diri seperti ini dibolehkan dan dianjurkan.
Karena ia adalah berdiri untuk menyambut tamu dan memuliakannya. Bahkan hal itu
merupakan perwujudan dari sabda Rasulullah
salallahu alaihi wa sallam, ‘Barangsiapa beriman kepada Allah Ta'ala dan hari Akhir, hendaknya
ia memuliakan tamunya.’ [Muttafaq ‘Alaih].
2). Rasulullah salallahu alaihi wa sallam bersabda, ‘Berdirilah (untuk memberi pertolongan) pemimpin kalian.’ [Muttafaq ‘Alaih]. Dalam riwayat lain,
‘Kemudian turunkanlah!’ [Hadits Hasan]. Latar belakang hadits
ini adalah sehubungan dengan Sa’ad radhiallahu anhu , pemimpin para shahabat Anshar yang terluka. Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah salallahu alaihi wa sallam memintanya agar ia memberi
putusan hukum dalam perkara orang Yahudi. Maka, Sa’ad pun mengendarai himar
(keledai). Ke-tika sampai (di tujuan), Rasulullah salallahu alaihi wa sallam berkata kepada orang-orang
Anshar, ‘Berdirilah (un-tuk memberi
pertolongan) kepada pemimpin kalian & turunlah.’
Berdiri dalam situasi seperti itu adalah dian-jurkan.
Karena untuk menolong Sa’ad, pe-mimpin para shahabat Anshar yang terluka turun
dari punggung keledai, sehingga tidak terjatuh. adapun Nabi
salallahu alaihi wa sallam, beliau tidak berdiri.
De-mikian pula dengan sebagian shahabat yg lain.
3). Diriwayatkan, pada suatu
waktu, shahabat Ka’ab bin Malik radhiallahu anhu masuk masjid. Para
shahabat lainnya sedang duduk. Demi melihat Ka’ab, Thalhah beranjak berdiri dan
berlarian kecil untuk memberinya kabar gembira dengan taubat Ka’ab yang diterima
Allah –setelah hal itu didengarnya dari Nabi– karena ia tidak ikut berjihad.
Berdiri seperti ini diperbolehkan karena bertujuan untuk memberikan kabar
gembira saja, tidak bermaksud menghormat.
4). Berdiri kepada orang yang
datang dari perjalanan jauh untuk menyambutnya dengan pelukan.
Secara mudah, untuk
membedakan penghor-matan yang diperbolehkan dan yang dilarang adalah; yang
pertama tidak sekedar berdiri di tempat, tetapi segera beranjak menyambut orang
yang datang tersebut, baik untuk mem-beri pertolongan, memuliakannya, memberi
ka-bar gembira, atau melepaskan rasa rindu dengan memeluknya. Sedangkan yang
kedua, hanya berdiri tegak dan tidak beranjak dari tempat, dilakukan untuk
memberi penghormatan kepada orang yang datang
(pen.) [Jalan Golongan yang
Selamat, Syaikh Mu-hammad bin Jamil Zai-nu].