Soal : Sebelumnya, mohon maaf. Mau tanya ustadz. Kenapa hati ini adakalanya dekat kepada Allah dan adakalanya jauh dari-Nya. Bahkan yang seringnya, suka menjauh. Apa resep agar hati selalu dekat dengan-Nya? Mohon diberi nasehat.
Jawab : Seperti itulah keadaan hati, ia selalu berubah-ubah, adakalanya ia condong pada kebenaran dan adakalanya ia condong pada kebathilan, di satu waktu berpihak pada kebaikan dan di waktu yang lain akan berpihak pada keburukan, terkadang berada di puncak kekuatan dan terkadang berada di lembah kelemahan. Karena tidak tetapnya ia dalam satu keadaan serta perubahannya yang demikian cepat, maka ia dinamakan dengan hati (al-qalbu). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Dinamakan hati (al-qalbu) karena cepatnya berubah.’ [HR. Ahmad. Lihat Shahih al-Jami’ 2365].
Kecepatan berubahnya amat menakjubkan sampai-sampai diumpamakan oleh Rasulullah seperti bulu yang dihembuskan oleh angin. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik.’ [HR. Ibnu Abi ‘Ashim. Shahih al-Jami’ 5833].
Karena keadaan yang tidak menentu itulah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sering memanjatkan do’a, ‘Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, condongkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.’ [HR. Muslim].
Indikasi Jauhnya Hati dari Allah
Berikut beberapa perbuatan yang dapat dijadikan sebagai indikasi akan jauhnya hati dari Allah atau indikasi lemahnya iman seorang hamba di hadapan Khaliq-nya :
- Malas dalam beribadah dan perbuatan taat lainnya (namun, tidak dimaksudkan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diwajibkan).
- Merasakan kekerasan dan kekakuan hati (dan di antara tanda-tandanya; bahwa bacaan al-Qur’an, kematian, dan wejangan-wejangan keagamaan tidak memberikan pengaruh apa-apa di hatinya).
- Tidak merasa tergugah tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan kaum muslimin.
- Banyak mengumbar kata yang tidak bermanfaat berikut dengan penyia-nyiaan waktu tanpa faedah.
- Sibuk dalam urusan duniawi semata.
- Senang dan gembira di atas penderitaan saudara sesama muslim yang mengalami kegagalan, merugi, atau mendapat musibah.
Mengapa itu Terjadi ?
Banyak sebab, namun di antara sebab-sebab yang paling mendominasi adalah :
- Tidak ikhlash dalam beramal.
- Ilmu agama yang lemah.
- Hati amat tergantung dengan dunia dan melupakan urusan akhirat.
- Tidak mampu menghadapi fitnah isteri dan anak, lebih mengedepankan apa yang mereka sukai daripada apa yang Allah senangi.
- Hidup dalam lingkungan yang rusak/buruk.
- Bergaul dan bersahabat dengan orang-orang yang lemah kemuauan dan cita-cita.
- Melakukan kemaksiatan, kemungkaran, dan memakan harta haram.
- Tidak jelas arah hidupnya.
- Individual dan meninggalkan kehidupan jama’ah.
- Kaku dalam metode berdakwah.
Resep untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah
Setiap penyakit ada obatnya, jauhnya hati dari Allah adalah merupakan penyakit yang berbahaya, oleh itu ulama-ulama telah mencarikan obat untuk penyakit tersebut dan di antara obatnya adalah :
- Membaca al-Qur’an dengan merenungkan dan memahami kandungan maknanya.
- Mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala melalui ibadah-ibadah sunnah setelah melakukan ibadah-ibadah fardhu.
- Melanggengkan dzikir kepada Allah Ta’ala dalam segala tingkah laku, melalui lisan, kalbu, amal, dan perilaku.
- Cinta (mahabbah) kepada Allah harus diprioritaskan dibandingkan terhadap diri sendiri.
- Menghayati kebaikan, kebesaran, dan nikmat Allah lahir dan bathin.
- Mencari dan mempelajari ilmu agama.
- Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah.
- Dan puncak segalanya adalah selalu berdo’a kepada Allah untuk ditetapkannya hati dalam keimanan. Wallahu A’lam.
Abu Halbas Muhammad Ayyub
Jember 1433 H.
0 komentar:
Posting Komentar