Soal: Benarkah jalan kebenaran itu hanya satu? jika benar, lalu bagaimana dengan banyaknya perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang berbagai persoalan agama?
Jawab: Jalan kebenaran atau jalan menuju Allah hanya ada satu, tidak berbilang, tidak banyak jumlahnya, tidak beragam dengan beragamnya kelompok yang ada dan tidak pula sebanyak bilangan nafas manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk …’ [QS. Ali Imran : 103].
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Pernah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah,’ kemudian beliau membuat beberapa garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak), pada setiap jalan ada syaithan yang mengajak kepadanya.’ Kemudian beliau membaca (firman Allah Ta’ala), ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan menceraiberaikanmu dari jalan-Nya … [QS. al-An’am : 153].’ [Shahih. HR. Ahmad 1/435 dan lainnya].
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkata: Ketahuilah bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pernah berdiri di tengah-tengah kami, lalu bersabda, ‘Ketahuilah bahwasanya Ahli Kitab sebelummu telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan bahwasanya ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, yang tujuh puluh dua di Neraka dan hanya satu yang di Syurga, yaitu al-Jama’ah.’[Shahih. HR. Ahmad IV/102, Abu Dawud 4597, ad-Darimi II/241, dan lainnya].
Ayat dan dua hadits di atas cukuplah sebagai dasar bahwa jalan kebenaran itu hanya satu, tidak terbilang! Lalu bagaimana dengan banyaknya perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang suatu hukum agama, apakah hal ini menunjukkan berbilangnya kebenaran?
Perbedaan Pendapat di Antara Para Ulama tentang Hukum Agama
Sebenarnya tidak ada sangkut pautnya antara jalan kebenaran yang tunggal seperti yang kita sebutkan di atas dengan perbedaan pendapat yang terjadi di antara para ulama mengenai suatu hukum fiqih tertentu. Jalan kebenaran yang kami sebutkan di atas adalah jalan yang dapat menjamin keutuhan persatuan kaum muslimin yaitu jalan yang berpegang pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bukan jalan yang menceraiberaikan kesatuan ummat kepada jama’ah-jama’ah, partai-partai, golongan-golongan, atau memecah belah agama menjadi berbagai golongan serta kelompok, serta jalan orang-orang yang memahami al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan hawa nafsu mereka yang rendah.
Syaikh Abdullah ash-Shaabbagh Rahimahullah berkata, ‘Adapun perbedaan yang banyak terdapat pada buku-buku fiqih, itu hanyalah perbedaan pada masalah-masalah yang bukan primer, yang secara garis besarnya tidak sampai merusak persaudaraan, seperti perbedaan yang diakui merujuk pada argumen yang disimpulkan dari kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, dalam bingkai-bingkai kaidah-kaidah syar’iyah yang ditetapkan serta standart-standart linguistik yang didasarkan pada penelitian dan pengkajian para ulama yang terpercaya dari putera-puteri ummat yang diberkahi ini.’ Inilah yang dipersaksikan oleh firman Allah Ta’ala, ‘Dan kalau mereka menyerahkan kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).’ [QS. an-Nisaa’ : 83].
Adapun perbedaan yang tidak dibenarkan, yaitu perbedaan yang terjadi karena mengikuti hawa nafsu dan fanatisme buta tanpa disertai bukti, argumen, serta dalil yang bertujuan menceraiberaikan kesatuan ummat dan memecah belah agama menjadi berbagai golongan serta kelompok, dan menjadikan darinya berbagai nafsu yang diikuti keinginan rendah. Inilah perbedaan yang ditolak oleh Islam, yang ditentang oleh para ulama kaum Muslimin sejak dahulu sampai sekarang. Sebab, orang-orang seperti mereka hanya ingin meciptakan kekacauan ilmiah, dan mana mungkin kebenaran dan kebathilan bisa bersatu pada satu kata atau mana mungkin bisa sama antara cahaya dan kegelapan? Maha Benar Allah, ketika Ia menyatakan, ‘Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya. Dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas, dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.’ [QS. Fathir: 19-20].
Demikian penjelasan dari kami. Kesimpulannya, jalan kebenaran hanya ada satu. Sedang perbedaan-perbedaan pendapat dalam fiqih tidak menunjukkan banyak jalan.
Abu Halbas Muhammad Ayyub
Jember 1433 H.
0 komentar:
Posting Komentar