Rabu, 04 Juli 2012

BERDIRI MENGHORMAT GURU



Soal :   Di sekolah kami selalu ada tradisi berdiri mengucapkan salam ketika bapak/ibu guru memasuki kelas. Apakah hal ini ter-masuk syi’ar agama Islam? karena jika kami tidak melakukannya akan dikatakan tidak beradab dan tidak hormat pada guru ! (082141196xxx Jember)
Jawab :       

Seringkali kita menjumpai dalam masyarakat kita berbagai ma-cam bentuk penghormatan kepada orang lain, apakah itu orang tua, guru, pemimpin, atau bahkan teman sebaya kita. Setiap daerah pasti memiliki adat tersendiri dalam menampilkan bentuk penghormatan ini. Ada yang dengan cara membungkukkan badan, adapula yang me-nganggukkan kepala, ada yang berdiri, dll.

Lalu bagaimanakah pandangan syari’at mengenai hal ini ? Sung-guh syari’at ini tampil teramat sempurna, sampai-sampai masalah penghormatan pun telah diaturnya secara terperinci. Dalam masalah ‘berdiri’ jika dipandang dari kacamata syari’at maka akan terbagi menjadi dua, yaitu berdiri yang dilarang dan yang diperbolehkan.

Berdiri yang Dilarang 
Rasulullah salallahu alaihi wa sallam telah bersabda : “Barangsiapa suka dihormati manu-sia dengan berdiri, maka hendaknya ia mendiami tempat duduknya di Neraka.” [HR. Ahmad, hadits shahih]. Begitu pula shahabat Anas bin Malik  salallahu alaihi wa sallam  berkata : “Tak seorang pun yang lebih dicintai para shahabat dari-pada Rasulullah  salallahu alaihi wa sallam. Tetapi, bila mereka melihat Rasulullah  salallahu alaihi wa sallam (hadir), pa-ra shahabat tidak berdiri untuk (menghormat) Rasulullah  salallahu alaihi wa sallam. Sebab mere-ka mengetahui bahwa Rasulullah salallahu alaihi wa sallam membenci hal tersebut.” [HR. at-Tirmi-dzi, hadits shahih].

Hadits di atas mengandung pengertian, bahwa seorang muslim yang suka dihormati dengan berdiri ketika ia masuk suatu majlis, maka ia menghadapi ancaman masuk neraka. Sebab para shahabat yang sangat mencintai Rasulullah  salallahu alaihi wa sallam saja, bila mereka melihat Rasulullah  salallahu alaihi wa sallam masuk ke dalam suatu majlis, mereka tidak berdiri untuk beliau. Karena mereka mengetahui Rasulullah salallahu alaihi wa sallam tidak suka yang demikian.

Lalu, bagaimana bisa kita berdiri untuk menghormati seorang guru atau syaikh? Sedangkan Rasulullah  salallahu alaihi wa sallam orang yang paling mulia di muka bumi ini saja tidak suka dihormati de-ngan berdiri?

Banyak orang mengatakan, kami berdiri pada bapak guru atau syaikh hanya sekedar menghormati ilmunya. Kita bertanya, apakah kalian meragukan keilmuan Rasulullah  salallahu alaihi wa sallam dan adab para shahabat kepada beliau? Meskipun demikian para shahabat tetap tidak berdiri untuk beliau  salallahu alaihi wa sallam.

Islam tidak mengajarkan penghormatan dengan berdiri. Tetapi dengan ketaatan dan mematuhi perintah, menyampaikan salam dan saling berjabat tangan. Membiasakan berdiri untuk menghormati orang alim atau orang yang masuk suatu majlis, akan melahirkan dihati ke-duanya kesenangan untuk dihormati dengan ca-ra berdiri. Bahkan jika seseorang tidak berdiri, ia akan merasa gelisah.

Sering juga kita jumpai dalam suatu perte-muan, jika orang kaya masuk, semua berdiri menghormati. Tetapi giliran orang miskin yang masuk, tak seorangpun berdiri menghormat. Perlakuan tersebut hanyalah akan menumbuh-kan sifat dengki di hati orang miskin terhadap orang kaya dan para hadirin yang lain. Akhir-nya antar umat Islam saling membenci. Padahal orang miskin yang tidak dihormati dengan ber-diri itu, bisa jadi dalam pandangan Allah lebih mulia dari pada orang kaya yang dihormati
dengan berdiri. Sebab Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling ber-taqwa di antara kamu.” [Al Hujurat : 13].

Maka, berhati-hatilah dalam urusan ini..! Karena diamnya syaikh dan bapak guru terha-dap penghormatan dengan berdiri itu atau hu-kuman terhadap anak yang tidak mau berdiri, ini menunjukkan syaikh dan bapak guru senang dihormati dengan berdiri. Dan itu berarti (sesuai dengan nash hadits di atas) mereka menghada-pi ancaman masuk neraka.

Berdiri yang Dianjurkan
Banyak hadits shahih, dan perilaku shaha-bat yang menunjukkan dibolehkannya berdiri untuk menyambut orang yang datang. Di antara hadits-hadits tersebut adalah:

1). Rasulullah  salallahu alaihi wa sallam berdiri menyambut puterinya Fathimah, jika ia datang menghadap beliau. Sebaliknya, Fathimah juga berdiri menyam-but ayahandanya jika beliau datang. Ber-diri seperti ini dibolehkan dan dianjurkan. Karena ia adalah berdiri untuk menyambut tamu dan memuliakannya. Bahkan hal itu merupakan perwujudan dari sabda Rasulullah  salallahu alaihi wa sallam, ‘Barangsiapa beriman kepada Allah Ta'ala dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.’ [Muttafaq ‘Alaih].

2). Rasulullah salallahu alaihi wa sallam bersabda, ‘Berdirilah (untuk memberi pertolongan) pemimpin kalian.’ [Muttafaq ‘Alaih]. Dalam riwayat lain, ‘Kemudian turunkanlah![Hadits Hasan]. Latar belakang hadits ini adalah sehubungan dengan Sa’ad radhiallahu anhu , pemimpin para shahabat Anshar yang terluka. Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah salallahu alaihi wa sallam memintanya agar ia memberi putusan hukum dalam perkara orang Yahudi. Maka, Sa’ad pun mengendarai himar (keledai). Ke-tika sampai (di tujuan), Rasulullah salallahu alaihi wa sallam berkata kepada orang-orang Anshar, ‘Berdirilah (un-tuk memberi pertolongan) kepada pemimpin kalian & turunlah.’

   Berdiri dalam situasi seperti itu adalah dian-jurkan. Karena untuk menolong Sa’ad, pe-mimpin para shahabat Anshar yang terluka turun dari punggung keledai, sehingga tidak terjatuh. adapun Nabi  salallahu alaihi wa sallam, beliau tidak berdiri. De-mikian pula dengan sebagian shahabat yg lain.

3). Diriwayatkan, pada suatu waktu, shahabat Ka’ab bin Malik radhiallahu anhu masuk masjid. Para shahabat lainnya sedang duduk. Demi melihat Ka’ab, Thalhah beranjak berdiri dan berlarian kecil untuk memberinya kabar gembira dengan taubat Ka’ab yang diterima Allah –setelah hal itu didengarnya dari Nabi– karena ia tidak ikut berjihad. Berdiri seperti ini diperbolehkan karena bertujuan untuk memberikan kabar gembira saja, tidak bermaksud menghormat.

4). Berdiri kepada orang yang datang dari perjalanan jauh untuk menyambutnya dengan pelukan.

Secara mudah, untuk membedakan penghor-matan yang diperbolehkan dan yang dilarang adalah; yang pertama tidak sekedar berdiri di tempat, tetapi segera beranjak menyambut orang yang datang tersebut, baik untuk mem-beri pertolongan, memuliakannya, memberi ka-bar gembira, atau melepaskan rasa rindu dengan memeluknya. Sedangkan yang kedua, hanya berdiri tegak dan tidak beranjak dari tempat, dilakukan untuk memberi penghormatan kepada orang yang datang (pen.) [Jalan Golongan yang Selamat, Syaikh Mu-hammad bin Jamil Zai-nu].

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan