Jumat, 25 Mei 2012

Menyambut Kelulusan: Pesan Untuk Siswa, Guru, dan Orang Tua


Jika telah sampai berita kelulusan itu padamu, wahai para pelajar, maka pujilah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersyukurlah kepada-Nya. Karena kesyukuran adalah pengikat nikmat dan juga karena kenikmatan itu berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan karena dayamu, kekuatanmu atau usahamu.
Alangkah baiknya, jika saat itu, saat engkau mendengar berita kelulusanmu, engkau bersujud kepada Rabb-mu (sujud syukur) sebagai salah satu bentuk wujud kesyukuranmu kepada-Nya dan juga sebagai bentuk mencontoh sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
‘Dari Abu Bakrah, bahasanya Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam ketika sampai kepadanya perkara yang menyenangkan/ menggebirakannya beliau bersungkur sujud karena Allah.’ [Hasan Lighairihi. HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi].
Setelah itu, beritahukanlah kabar gembira ini kepada guru-gurumu, orang tuamu, kawan-kawanmu, tetanggamu, dan kepada siapa saja yang engkau kenal agar mereka turut serta bergembira denganmu. Bukankah diantara ciri seorang muslim yang baik adalah senantiasa memasukkan kegembiraan di hati saudara-saudaranya?

Bersyukur Tidak Hanya Dengan Lisan
Wahai para pelajar - semoga Allah merahmati dan menyayangi kalian – , bersyukur tidak hanya dengan lisan dan kata-kata saja, tetapi syukur harus diekspresikan dalam bentuk perbuatan. Bersyukur hanya sebatas kata-kata tidak ada bedanya dengan seseorang yang memiliki pakaian tetapi ia hanya memegang ujungnya, tidak memakainya. Maka, iapun tidak terlindungi dari udara panas dan dingin.
Bersyukur dengan perbuatan adalah dengan melaksanakan perintah Allah serta menjauhi diri dari segala larangan-Nya.

Kaidah Bersyukur
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Madarijus Salikin 2/242, menyebutkan bahwa bersyukur itu dibangun atas lima kaidah :
1.    Ketundukkan orang yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2.    Kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi karunia.
3.    Pengakuannya terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya.
4.    Pujiannya terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala karenanya.
5.    Tidak menggunakan nikmat itu dalam hal yang dimakruhkan.
Lima kaidah di atas, menunjukkan secara jelas bahwa hakikat syukur tampak pada lisan, hati, dan anggota tubuh. Bahwa harus ada pengakuan nikmat secara batin dan lahir serta menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Corat-Coret dan Arak-Arakan di Jalan, Bagian dari Kesyukuran?
Corat-coret baju, arak-arakan di jalan, berteriak-teriak kegirangan, saling merobek baju, saling berpelukkan dengan lawan jenis, begitu juga dengan cium pipi kanan dan kiri, serta saling berboncengan adalah nyata bukan bagian dari kesyukuran. Karena kesemuanya itu aah perbuatan maksiat yang telah menghancurkan bangunan kesyukuran yaitu kenikmatan tidak boleh dipergunakan dalam hal yang dimakruhkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, apalagi pada hal yang diharamkan-Nya.

Alasannya ?
Corat-coret baju begitu pula dengan merobek-robeknya adalah tergolong dalam perbuatan isyraf (pemborosan) dan perbuatan ini amat dicela oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Arak-arakan di jalan dapat mengganggu kenyamanan para pengguna jalan lainnya, bahkan dapat mencelakakan mereka. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang kebaikan, beliau menjawab:
‘Hendaklah engkau mencegah kejahatanmu dari orang lain, sebab hal itu merupakan sedekah darimu untuk dirimu sendiri.’ [HR. Bukhari dan Muslim].
Sedangkan salaman, cium pipi kanan dan kiri, pelukan, berboncengan dengan yang bukan muhrimya (pacar, da orang-orang yang tidak memiliki hubungan darah) adalah haram. Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‘Bahwa ditikan dikepala seseorang dari kamu dengan jarum dari besi, adalah lebih baik baginya daripada ia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.’ [Shahih. HR. at-Thabrany. Lihat ash-Shahihah 226].

Pesan Untuk Pendidik (Guru)
Wahai para pendidik yang bijak, para pencetak generasi ummat ini, yang dipundak kalian para orang tua menggantungkan harapan-harapan mereka -sesudah kepada Allah-, luruskanlah mereka, para anak didikmu, semampu kalian dari kelalaian-kelalaian yang mereka perbuat dengan kedekatan dan kelembutan yang kalian miliki. Sedangkan jika tampak ada penolakkan dari mereka, maka gunakanlah ketegasan kalian, kaena kalian memiliki kuasa untuk itu.

Pesan Untuk Para Orang Tua dan Wali Murid
Berilah bekal kepada anak-anak kita tentang apa yang diwajibkan dan diharamkan oleh Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Ingat, tentang anak-anak kita, Allah akan mempertanyakannya di akhirat nanti. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‘Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban tentang apa yang dipimpinnya.’ [HR. Bukhari dan Muslim].


Abu Halbas Muhammad Ayyub
Jember, 1433 H.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan